Minggu, 17 April 2011

Jagung Paiker Potensial Jadi komoditas Andalan

Foto : Hengki/LAPOS
 POTENSI : Potensi pertanian selain padi, juga dapat dikembangkan di Pasemah Air Keruh (Paiker), seperti pertanian jagung yang ada di Desa Pulau Tengah, Paiker.

 LAPOS, Paiker - Pasemah Air Keruh sudah lama dikenal sebagai lumbung padi serta sentra kopi bukan hanya untuk wilayah Empat Lawang, tetapi juga untuk wilayah perbatasan Bengkulu dan Sumatera Selatan seperti Kabupaten Kepahyang. Namun, ternyata potensi pertanian lain juga dapat dikembangkan, seperti pertanian jagung yang ada di Desa Pulau Tengah.
            Di desa ini tanaman jagung sudah dibudidayakan dan dapat menjadi andalan lain. Dengan luas 7 hektar, jagung berpotensi untuk menjadi andalan tersebut. Salah seorang petani bernama Sedi mengatakan hasil panen tahun lalu para petani jagung di Desa Pulau Tengah mampu menghasilkan lebih dari 10 ton dalam satu hektar.
            “Dengan satu hektar lahan kami mampu menghasilkan lebih dari 10 ton,” ujar Sedi. Namun, ada kendala lain yang membuat keuntungan menjadi agak berkurang yaitu masalah pemasaran. Selama ini kebanyakan petani memasarkan hasil pertaniannya ke luar Kabupaten Empat Lawang, bahkan sampai ke Kepahyang di Provinsi Bengkulu.
            Budi daya jagung ini, kata Sedi, belum terlalu banyak diminati masyarakat. Kebanyakan masyarakat Pasemah Air Keruh menganggap tanaman jagung ini sangat dipengaruhi hama babi, padahal potensi ini cukup menjanjikan dan masa panen pun  lebih singkat dibandingkan   dengan masa tanam padi.
            Sebagian petani yang ada di Desa Pulau Tengah kini telah melakukan tanaman jagung sembari menunggu musim tanam padi tiba. Namun, tetap saja jagung sekadar tanaman sela untuk musim tanam padi selanjutnya.
            “Masa tanam jagung ini paling hanya tiga bulan, lebih cepat dari masa tanam padi,” cetus Sedi. Hama babi yang ditakutkan tadi biasanya menyerang menjelang masa panen. Saat itu, ujar Sedi lagi, para petani akan menjaga ladang jagung mereka dari pagi hingga malam hari.
            “Kami mengharapkan ada perhatian pemerintah untuk membantu kami menghadapi masalah babi ini,” harap Sedi. (mg13)

Tidak ada komentar: